Opo seng mbug tandur : Karma inside

“Opo seng mbug tandur yo iku bakale seng mbug unduh”

Pepatah jawa diatas sering sekali kita denger (khususnya di Jawa, Sory agak rasis dikit), yang belum denger bisa datangi Klinik Tong feng biar di rukyah. Kalau di Bahasa Indonesiakan jadinya gini“ Apa yang kamuh – kamuh – kamuh (Efek dengerin lagunya ST12) tanam, itu yang nantinya kamuh petik”.

“Bo’ong loe, bang” Mumun tiba-tiba nyolot.
“Ini ciyus, Mumun”
“Hloh, bang. Kemaren gue nanem mangga, kok yang metik tetangga gue bang? Padahal gue susah-susah gedeinnya”
“ini pepatah ,mun. Kalau Bahasa kerenya ‘Peribahasa’ ”
“Gitu ya Bang”
“Iya, Mun, ngomong2 !! Gue sering banget hloh metik mangga loe waktu loe pergi”
“Jadi, Selama ini lo ya bang…..” *Plak, Dikeplak Mumun.

Mungkin banyak yang berpikiran sama kayak si Mumun. Maklum si Mumun masih ababil *pluk (Ditampar Mumun lagi). Dan kemaren juga, gue hamper di gelitikki orang yang nggak gue kenal waktu ngomong ginian di Facebook. Begini ceritanya..

Kebenaran (Bukan Saras 008), Waktu itu gue di tag sama akun yang kurang gue kenal. Sebut saja namanya “Sastro”, dia cewek tulen yang di fotonya kebetulan mirip Dian Sastro. Dia buat status yang alay dan semi galau, dan dari hipotesa gue (wuiiis), dia nge-Tag orang banyak dan nggak dia kenal supaya yang nge-like banyak. #if_u_know_what_I_Mean

“Ya Tahun, Jika dia jodohku, maka dekatkanlah aku, jika tidak, bunuhlah para koruptor biar Negara api tidak menyerang lagi” Kira-kira begitu statusnya.
“wek-wek-wek ada orang galau” koment gue sambil lidah gue nyolot-nyolot *crot (ditampar Sastro).
“…”
“Kenapa galau? Kamu nggak Pake Kartu As ya?” tanya gue
“Gpp, mas. Cuma ngeluarin unek-unek aja, Makasih mas udah perhatian”
“Oh, gitu. Ya udah kamu pergi ke Mak Erot aja, dan Ingat Opo seng mbuk tandur, ya bakale iku seng mbuk unduh”
“Iya mas, Makasih banyak yah Mas. Kamuh luarh biasah” logatnya mirip syahrini
“Iya, Miss U too juga”
“…???”

Dan ketika baru romantis-romantisnya gue ngobrol sama si Sastro, tiba-tiba muncul orang ketiga yang tak lain dan tak bukan adalah Setan. Sebut saja namanya “Abil” soalnya dia ababil. Dan dari hipotesaku juga, Dia berasal dari Negara api sebelum Avatar muncul.


“Pepatah itu sudah nggak berlaku lagi di Jaman Sekarang” colot si Abil.
“Kok Bisa Omm?” Pinta ague.
“Kemarin gue nanem mangga, dan… dan yang metik tetangga gue” jelas Si Abil.
“ini Peribahasa Mas. -_-, Kayaknya gue pernah denger kata-kata ini, jangan-jangan kamu Mumun ya?” Gue mulai menganalisis.
“Siapa Mumun? Peribahasa apaan! Gue bahkan sudah mengalaminya sendiri” Abil tambah nyolot.
“Hayo, ngaku. Kamu Mumun kan?” gue agak nggoda.
*plak (tiba-tiba Mumun muncul dan menampar gue).
“Sudah! Disaat seperti ini kalian malah bertengkar, Kalian nggak ngerti perasaan gue” Sastro mencoba menengahi.
“Tuh dengerin tuh kata Sastro” Gue gantian nyolot.
“Apaan loe, loe nantangin gue?” Si Abil mulai geram.
“Kalau iya kenapa?HAaaaA” Gue beli omonganya. Haha (Ketawa Jahat).
“Sialan loe” dia ngacungin jempol tengahnya kearah Surti.
“…” Gue emosi lalu gue lempar leptop gue ke Si Abil dan akhirnya dia Tewas (Laptop gue).

TAMAT

Begini sedikit penjelasan dari gue. Dibalik peribahasa diatas adalah bahwa Setiap perbuatan kita , Entah itu baik ataupun buruk, Suatu saat kita akan mendapatkan balasanya” Bahasa kerenya adalah karma {Makanan dari arab yang warnanya imut(Item Mutlak)}. Jadi berbaik hatilah kepada orang lain, agar orang lain juga baik sama loe, Ngerti nggak loe? Gue juga nggak.
Penjelasan lebih detil ada di QS. Al-An’am : 106 . Silahkan disimak dan direnungi.

0 Response to "Opo seng mbug tandur : Karma inside"

Post a Comment